Kamis, 03 Desember 2015

BELAJAR ITU SEPERTI MEMANCING



Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.
Kita semua pasti tahu apa itu memancing, ketika di sebutkan kalimat “memancing” pasti yang terbayang di benak kita adalah ikan dan juga kail, saat kita memancing untuk mendapatkan ikan, kita pasti memerlukan umpan. Nah, seperti itu juga dalam belajar tidak jauh berbeda dengan memancing.
Jika memancing membutuhkan umpan, maka dalam belajar atau menuntut ilmu juga perlu umpan. Umpan untuk memancing adalah ulat atau bisa juga ikan-ikan kecil, tetapi umpan dalam belajar bukanlah ulat maupun ikan-ikan kecil, akan tetapi umpan yang di maksud adalah buku. Maka timbullah pertanyaan, juka buku sebagai umpan, lalu seorang guru di ibaratkan apa dalam memancing? Jiak buku sebagai umpan dalam belajar, maka guru di ibaratkan sebagai lautannya. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan yang lain, mana yang di katakan kail dan apa kendaraanya dalam belajar? Kecerdasan adalah kailnya dan lembaga seperti sekolah, perguruan tinggi maupun universitas adalah kendaraannya dalam belajar.
Semakin jauh dan dalam sebuah lautan, maka ikan yang ada di dalamnya juga akan semakin besar, untuk mendapatkan ikannya juga di perlukan kail yang berbeda. Jika di pinggir pantai kita memancing dengan umpan yang kecil, kail yang tidak terlalu panjang dan hanya menggunakan perahu sederhana, itu sesuai dengan yang ingin kita tangkap, yaitu hanya ikan-ikan kecil yang ada di perairan dangkal.
Namun apabila kita ingin menangkap ikan-ikan yang lebih besar, kita harus mempersiapkan umpan yang lebih besar dan lebih menarik, kail yang di gunakan juga harus lebih panjang dan kuat dengan menggunakan perahu modren yang lebih besar dan di lengkapi mesin yang canggih supaya cepat sampai ke tujuan atau kelaut lepas yang lebih dalam.
Di bangku SD dengan kecerdasan kita yang masih minim, kita hanya di ajarkan dengan pelajaran-pelajaran dasar, yaitu hanya pengenalan pengenalan saja, seperti pengenalan angka, huruf dan lain sebagainya. Karena tidak mungki seorang anak SD yang hanya memiliki kecerdasan minim dan masih terbatas menerima pelajaran tinggi yang lebih sulit, seperti mendapatkan tugas makalah, proposal, skripsi dan lain sebagainya, semua itu tidak mungkin di kerjakan dengan kemampuannya yang masih minim tersebut.
Lain halnya seseorang yang sudah duduk di perguruan tinggi, dengan kecerdasan yang semakin luas, ilmu yang di pelajari dan buku yang di miliki seseorangpun akan semakin khusus, akan tetapi, setiap buku yang di baca seseorang tidak semua dapat di pahami dan di mengertinya begitu saja, namun harus ada yang menjelaskan dan menerangkan kepadanya agar dapat lebih mengerti dan di pahami pada bagian yang belum di mengertinya tersebut, maka di butuhkanlah yang namanya guru agar ilmu yang kita dapatkan akan semakin maksimal, karena itulah saya mengaakan bahwa buku itu sebagai umpan dan guru sebagai lautannya dalam belajar yang mana ilmu yang ingin kita dapatkan di ibaratkan ikannhya.
Bicara tentang ilmu, saya teringat kepada guru saya yang bernama “KH.Ahmad Mahfudz.” Beliau pernah mengatakan kepada kami (murid-muridnya), yang mana pada saat itu jam pelajaran mahfuzhat, beliau mengatakan: “Imam Syafi’i pernah berkata kepada murid-muridnya: wahai anak-anakku, kamu sekalian tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara, akan aku jelaskan kepada kalian semua, yang pertama dengan kecerdasan, kedua dengan ketamakan ( terhadap ilmu ) ketiga dengan bersungguh-sungguh, yang keempat uang atau harta, kelima bersahabat dengan guru dan yang keenam waktu yang panjang.” Milikilah keenam syarat ini jika tidak minimal harus ada satu pada diri kita.” Begitulah yang beliau katakan kepada kami semua.
Terkadang kita sering mengeluhkan dalam menuntut ilmu, kenapa setiap pelajaran yang kita ikuti hampir tidak pernah bahkan tidak masuk sama sekali ilmu di ingatan kita, atau bahkan kita sering mudah lupa, lalu timbula pertanyaan, kenapa saya susah untuk menyerap ilmu, kenapa saya mudah lupa dengan pelajaran yang telah di pelajari, bagaimana, apa yang harus saya lakukan, dimana dan kapan harus saya lakukan? Masalah sebenarnya simpel, tetapi kita sendilah yang memberatkannya, dan cara mengatasinya pun sebenarnya mudah, namun apakah kita mau atau tidak mengerjakannya, itulah sebenarnya yang harus kita pertanyakan pada diri kita sendiri.
Pertama kali yang harus kita lakuakan adalah memasang niat yang baik niat yang kuat dalam menuntut ilmu, karena setiap apapun yang di awali dengan niat yang baik dan kuat maka hasil yang di peroleh pun akan baik dan memuaskan, sebagaimana kalimat yang sering kita dengar “sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niat”. Yang kedua yang harus di lakukan adalah mencintai pelajaran dan juga guru yang mengajarkannya, karena setiapa apapun yang kita cintai dan kita sukai, secara otomatis kita pasti selalu ingin tahu dan selalu cari tahu hal yang kita cintai, inilah yang di katakan bersahabat pada guru salah satu syarat menuntut ilmu menurut imam Syafi’i yang baru saya terangkan di atas tadi. Yang ketiga adalah bersunguh-sungguh, setiap pekerjaan apapun yang kita lakuan bukan dengan kesungguhan, jangan berharap akan mendapatkan apa yang kita harapkan, namun hal tersebut hanya akan menjadi khayalan dan angan semata, ingatlah dengan kalimat ini “man jadda wa ja (barang siapa bersungguh-sungguh maka ia pasti akan mendapatkannya)” batu saja yang begitu kerasnya apa bila di timpahin tetesan hujan dengan terus menerus lama-lama pasti akan membekas juga, apa lagi kita sebagai manusia yang memiliki akal fikiran, jika kita bersungguh-sunggu dalam belajar pasti kita akan mendapatkan hasilnya. Yang keempan jangan merasa puas, dalam menuntut ilmu kita harus tamak harus serakah, tamak ataupun serakah dalam menuntut ilmu itu di bolehkan bahkan di haruskan, inilah yang di katakan tidak pernah merasa puas dalam menuntut ilmu, jika seseorang telah puas terhadap ilmu, maka inilah yang di katakan ciri-ciri orang yang tidak mau maju dan tidak akan pernah maju, bahkan mendengarkan pepaah arab mengatakan “tuntutlah ilmu walaupun ke negri china” apa artinya itu? Itu artinya kita di suruh mencari, mencari dan terus mancari ilmu. Mungkin bagi kita ilmu yang kita miliki sudah banyak, sudah tinggi atau kitalah yang paling berilmu di daerah kita, namun ketahuilah bahwa di luar sana masih banyak lagi yang lebih hebat yang lebih tinggi lagi ilmunya dari pada kita, jika kita keluar maka tahulah kita bahwa ilmu yang kita miliki tidak ada apa-apanya di bandingkan mereka di luar sana, kita akan menjadi seperti bintang yang bersinar di siang hari. Yang kelima harus kontiniu, selain bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kita juga harus terus menerus harus berkelanjutan dan jangan pernah berhenti, makanya waktu yang panjang merupakan salah satu syarat dalam menuntut ilmu, bukan hanya di bangku sekolah maupun di bangku perguruan tinggi, akan tetapi dalam menuntut ilmu bahkan sampai akhir hayat kita “tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat” maka dalam menuntut ilmu juga harus memiliki kesabaran, karena dalam menuntut ilmu bukanlah waktu yang singkat.
Sekolah? Sebenarnya sekolah itu bukan hanya di Madrasah, di SD di SMP, di SMA maupun di Perguruan Tinggi saja, sekolah itu bisa di mana saja, karena arti Sekolah itu sendiri sebenarnya meluangkan waktu untuk belajar. Jadi setiap kita ada waktu luang di manapun kita berada kemudian kita belajar sesuatu itu yang di namakan sekolah. Makanya di dalam sekolah kita ada mengenal istilah sekolah formal, informal maupun nonformal. Misalnya, pada saat kita terbangun subuh selesai shalat subuh kita ingin mengulang atau mempelajari pelajaran kita yang kemaren, karena menurut kita pada saat subuh pikiran kita masih jernih dan bersih jadi mudah untuk mengingat pelajaran tersebut, kemudian kita mengulanginya pada saat subuh di rumah, itu juga namanya sekolah. Kemudian ketika kita di luar gabung bersama teman-teman yang ingin memancing, lalu kita tanyakan kepadanya kemudian kita pelajari bagaimana cara memancing dengan baik, itu juga di namakan sekolah. Begitu juga ketika kita belajar di sebuah perguruan tinggi, itu juga namanya sekolah. Jadi sekolah ataupun belajar bisa di mana saja dan kapan saja.
Terkadang kita sering mendengarkan bahkan kita sendiri pasti pernah mengeluhkannya, sebagian dari kita sudah mealkukan langkah-langkah yang sesuai dalam menuntut ilmu, seperti memasang niat yang mantap, belajar sungguh-sungguh, mencintai pelajaran dan guru yang mengajarkannya dan bersabar sehingga kita mampu bertahan dan tidak pernah putus asa hingga sampai saat ini, tapi kenapa ilmu yang kita dapatkan belum pernah maksimal atau hanya sedikit yang kita dapatkan dari sekian banyak pelajaran yang pernah kita pelajari selama ini, mungkin itu yang kita pikirkan dan kita rasakan. Ketika kita sudah melakukan semua itu dan kita masih belum mendapatkan hasil yang maksimal atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka peran yang paling penting dalam hal ini ialah mengintrofeksi diri, kita harus melihat kepada diri kita sendiri apa yang sselama ini telah kita lakukan sehingga susah mendapatkan ilmu walaupun semua usaha sudah kita lakukan. Mungkin selama ini kita banya melakukan kesalahan, baik kepada orang lain, orang tua kepada Allah maupun kepada diri sendiri, bisa jadi karena dosa yang terlalu banyak yang telah kita perbuat selama ini. Memang, menurut kita dosa besar tidak kita lakukan, dosa kecil, apakah kita tidak tahu apakah tidak kita lakukan, kaerna dosa-dosa kecil seperti inilah yang membuat kita terlena baik yang di sengaja maupun tidak. Perbuatan dosa kecil kita selalu anggap sepele, padahal perbuatan seperti inilah yang lama-lama menjadikan hati kita gelap. Pertama satu titik kecil hitam ada di hati, dua titik, tiga, emapat dan seterusnya sehingga membentuk sebuah titik hitam yang besar di hati kita, inilah yang menjadi penghalang masuknya cahaya ilahi di hati kita. Karena itulah kenapa terkadang kita susah menerima ilmu dari seorang guru, karena sesungguhnya “al_’ilmu nuurun wa nuurullaah laa yuhda lilma’ashi ( ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan di berikan kepada orang yang berbuat maksiat)”.

Akhiirulkalam assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.

Kamis, 16 Januari 2014

HIASAN QALBU

Impianku yang hampa..

Ingin ku jadikan kecintaan ini
cinta yang termaktub dalam qalbu
yang di hiasi dengan ketaatan..

Aku akan selalu berusaha
pada ketetapan Allah..

Hidup kian pekat..
jika berada dalam kekosongan iman..

Diriku masih haus
akan kesenian ibadah yang murni..

Harapku
jadikan dua insan yang berbeda
dalam satu ikatan
ikatan yang terbekali iman
bekal untuk perjalanan
mengharap ridha Allah
agar hati kita
selalu terbalut cahaya
dari naungan cintaNya yang agung..


LAUTAN HIKMAH


Di lautan hikmah kalamMu..
Di telaga bijak iqra'Mu.. 
Angin malas bergerak.. 
Malam malam srasa berhenti ..
Di luas lagit malamMu..
Lukisan bulan melengkung sabit..
Goresan bintang mngerjap.. 
Mengalunkan melodi harmoni..
Di antara kerlip cahaya..
Tangan kecil ini mengadah hanya kepadaMu..
Di setiap menit berlalu..
Pintaku.. 
beri aku yang terbaik tuk jalani hidup..